First impression: Script-nya berkelas, layak juga kalo masuk Oscar. Konspirasinya tidak begitu rumit, namun karena dibalut dengan beberapa konflik, alur ceritanya jadi mengalir smooth… Kalo soal akting, mungkin cuma Russel Crowe yg menonjol di sini. Secara pas dia memerankan Cal McCaffrey, tipikal jurnalis senior yg kenyang pengalaman di jalanan dan suka melanggar aturan demi mendapat berita. Dia jadi tokoh sentral di sini, dan semua konflik berhubungan dengan dirinya. Konflik utamanya bermula ketika dia meliput berita pembunuhan seorang pencopet-pecandu narkoba yg ternyata berhubungan dengan kematian Sonia Baker, seorang perempuan staf Congressman Stephen Collins (Ben Affleck). Nah, Stephen ini adalah kawan baik Cal, bahkan Anne Collins, istrinya juga ada main dengan Cal (!). Masalahnya, Sonia juga adalah selingkuhan Stephen. Konfliknya adalah, bagaimana Cal melakukan investigasi atas mereka dengan tetap menjaga pertemanan. Hingga kemudian situasi makin pelik ketika investigasi atas kematian Sonia Baker berujung pada sebuah perusahaan intelijen, PointCorp.

Tapi yg menarik bagi saya adalah konflik antara Cal dan Della Frye (Rachel McAdams), yg juga menjadi simbol konflik antara koran dan media online. Cal yg seorang jurnalis koran Washington Globe, seorang jurnalis sejati, agak antipati dengan Della yg juga jurnalis di grup media Globe, tapi menulis untuk versi online. Cal lebih suka menulis fakta dengan mengejar narasumber kunci, sementara Della terbiasa menulis ala blog yg penuh opini dan gosip. Ditambah dengan kemunculan Cameron (Hellen Mirren), sang editor yg menginginkan berita segar untuk menaikkan rating koran yg sudah mulai ditinggalkan pembacanya….

Nah, the point is… konflik internal media itulah yg menurut saya menjadikan film ini mewakili jaman sekarang. Film mengenai konspirasi politisi, intelijen, militer, bukan barang baru lagi. Sudah jamak film tentang konspirasi semacam ini, dan beberapa diantaranya bahkan diangkat dari kisah nyata.

Film ‘State of Play’ agak berbeda dalam menyuguhkan konspirasi. Tokoh jurnalis di film ini muncul sebagai orang awam di luar konspirasi yg mencari kebenaran. Film ini mewakili masa kini dimana media telah berkembang begitu jauh. Berita yg mengandung kebenaran memang masih diharapkan muncul dari koran, namun keberadaan media online yg sangat bebas, dimana setiap orang bisa berpartisipasi membuat kebenaran menjadi kabur. Film ini telah membawa spirit of the age, semangat jaman di mana laporan investigatif jurnalisme koran terkikis oleh jurnalisme praktis media online. Orang lebih suka membaca berita online yg satu dua paragraph menyajikan fakta. Sisanya, yg ramai hadir secara online adalah opini dan gossip yg beredar di antara blog, forum, dan kotak komentar yg biasanya muncul di bawah berita…

Sementara itu, jurnalisme koran yg mengedepankan fakta entah mengapa menjadi kurang diminati…

Dalam film ini juga sedikit disinggung tentang PR (Public Relations). Ada Dominic Foy (Jason Bateman), PR PointCorp yg kemudian jadi narasumber kunci Cal. Lalu digambarkan pula bagaimana ketika kasus ini mulai memanas, Stephen menggunakan jasa seorang konsultan untuk menangani media. Ini juga menarik karena saat ini, public figure juga perlu melindungi (citra) diri melalui penanganan media yg baik. Media saat ini, terutama dimotori oleh televisi dan online media, lebih mencari berita yg praktis atau berita yg heboh sekalian, meskipun pada akhirnya hanya menjadi gossip tanpa fakta yg memadai.

Catatan terakhir, meskipun tema utamanya adalah konspirasi, akan tetapi film ini sebenarnya menawarkan sesuatu yang baru . Titik beratnya lebih kepada konflik di media, dimana kertas koran sudah mulai digantikan oleh media digital. Masalahnya, konten koran tidak serta merta menjadi konten berita online. Dan saya sangat suka scene credit title di akhir film yg menampilkan footage proses pencetakan koran dari mulai pembuatan plat cetak hingga pendistribusian…. Dan headline koran Washington Globe yg sedang dicetak itu adalah akhir kisah konspirasi yg betul-betul twisted ending…..